Di Kantor, Penikmat Tembakau Semakin Terpinggirkan: Sebuah Realitas Tragikomedi

Baihaqi

Penikmat Tembakau Semakin Terpinggirkan

Catatan Baihaqi - Siapa yang masih ingat masa-masa di mana sudut ruang kantor dihiasi dengan asap r0k*k yang mengepul bak awan cumulus di langit biru? Dulu, kami para penikmat tembakau bak raja di habitatnya.

Dengan sigap kami mengeluarkan korek api dari saku celana, seolah itu adalah Excalibur yang akan membebaskan kami dari stres pekerjaan. Tapi apa daya, zaman berubah, aturan makin ketat, dan kini kami para per0k*k harus menerima kenyataan pahit: kami semakin terpinggirkan.

Dulu, dapur kantor adalah tempat sakral bagi kami para per0k*k. Sambil menyeruput kopi, kami berbagi cerita, mulai dari drama rumah tangga hingga teori konspirasi pimpinan. Namun sekarang, dapur kantor bebas asap r0k*k!

Kami para penikmat tembakau pun harus mencari tempat baru untuk menikmati jeda nikotin kami. Pilihan jatuh pada... parkiran! Di sana, kami berdiri di bawah terik matahari atau bersembunyi di balik mobil seperti agen rahasia yang sedang melakukan transaksi ilegal. Tak jarang, kami harus berbagi lahan dengan kucing liar yang menatap penuh curiga.

"Ini yang disebut relokasi paksa," celetuk Pak Mail sambil menghisap r0k*knya. "Dulu kita di dapur kantor, sekarang di parkiran. Sebentar lagi mungkin di luar galaksi!"

Peringatan dari Pimpinan: r0k*kmu, Masalahmu

Banyak kantor kini memiliki kebijakan tegas soal mer0k*k. Pimpinan pun tak segan-segan mengingatkan bahwa mer0k*k selama jam kerja bisa mengurangi produktivitas.

"r0k*kmu, masalahmu," ujar Pak Pimpinan sambil mengacungkan memo peringatan. "Jangan sampai r0k*k membuatmu lalai dari tanggung jawab!"

Tapi kami para per0k*k punya argumen jitu. "Kami mer0k*k bukan karena lalai, tapi karena kami cinta kantor ini! Kalau kami stres, produktivitas malah turun," ujar Pak Budi, sang filosof tembakau.

Namun argumen itu tak mempan. Akhirnya, para per0k*k pun terpaksa mer0k*k sembunyi-sembunyi, seperti anak sekolah yang takut ketahuan guru.

Drama Asbak yang Hilang

Drama Asbak yang Hilang

Satu lagi masalah yang kami hadapi para penikmat tembakau di kantor: asbak yang misterius menghilang! Dulu, setiap sudut kantor punya asbak. Tapi, benda itu menjadi barang langka, seperti artefak kuno yang hanya ditemukan di museum.

"Kemana asbak-asbak itu pergi?" tanya Pak Joko dengan wajah penuh tanda tanya. Ada teori konspirasi yang mengatakan bahwa asbak-asbak itu dikumpulkan dan dimusnahkan oleh Sang Pimpinan. Ada juga yang berpendapat bahwa mereka telah bermigrasi ke dimensi lain.

Akhirnya, kami para per0k*k harus improvisasi. Ada yang menggunakan gelas plastik bekas kopi, ada juga yang memakai kaleng biskuit kosong. Kreativitas memang tak mengenal batas!

Perang Terbuka dengan Non-Per0k*k

Di banyak kantor termasuk kantor kami, konflik antara per0k*k dan non-per0k*k adalah drama epik yang tak pernah usai. Non-per0k*k sering merasa terganggu dengan bau asap yang menyelinap masuk ke ruangan.

Bahkan tak sedikit mereka menyelutuk "asap r0k*k adalah penyebab mereka sakit" padahal jika mereka melihat dengan cermat, yang dihirupnya bukan saja asap r0k*k tapi banyak polusi-polusi lain yang keluar masuk dari hidungnya.

"Aku nggak mer0k*k, tapi kenapa rasanya kayak ikut mer0k*k?" keluh Mbak Sari, sang pejuang udara bersih.

Di sisi lain, kami para per0k*k merasa bahwa hak kami dirampas. "Kami ini minoritas yang tertindas!" seru Pak Agus dengan semangat revolusioner. "Kita butuh deklarasi hak asasi per0k*k!"

Namun, seperti halnya banyak konflik di kantor, akhirnya semua kembali damai dengan cara yang sederhana: traktir makan siang. Ternyata, nasi padang punya kekuatan diplomasi yang luar biasa.

Masa Depan Penikmat Tembakau di Kantor

Melihat tren yang ada, masa depan para penikmat tembakau di kantor tampaknya semakin suram. Ada rumor bahwa di masa depan, kantor akan dilengkapi dengan sensor asap yang akan memicu alarm jika ada yang mer0k*k.

"Bayangkan, kita lagi enak-enak nger0k*k, tiba-tiba alarm berbunyi dan semua orang lari keluar!" ujar Pak Tono sambil bergidik. "Serasa jadi penjahat yang ketahuan!"

Namun, di balik semua kesulitan ini, kami para penikmat tembakau tetap optimis. Kami percaya bahwa selama ada tembakau, ada harapan.

"Kita ini pejuang," kata Pak Yanto dengan penuh keyakinan. "Seperti kata pepatah, di mana ada asap, di situ ada perjuangan!"

Penutup: Tetap Santai dan Tertawa

Akhir kata, mari kita akui bahwa hidup di kantor memang penuh drama, termasuk bagi para penikmat tembakau. Namun, dengan sedikit humor dan banyak kopi, semuanya bisa dihadapi.

Jadi, bagi kalian yang masih bertahan dengan tembakau di kantor, tetap semangat! Dan ingat, kalau kalian merasa terpinggirkan, selalu ada parkiran yang siap menyambut kalian dengan hangat. Eh, maksudnya panas!

Tags